htmla

Sabtu, 06 Juni 2009

LEBIH MAHAL DARI EMAS

Suatu cerita renungan yang kudapat dari mailing list yang dapat menjadi inspirasi bagi tiap pembaca. selamat menbaca.

Pada suatu waktu, di sebuah kota besar tinggal seorang yatim piatu bernama Hiroshi. Ia dibesarkan di jalanan, di mana para pencuri mengajarinya mencuri. Hiroshi anak pandai, dan dengan berjalannya waktu, ia tumbuh menjadi berani. Dan ia tidak pernah tertangkap.

Kemudian Hiroshi jatuh cinta pada Keiko, yang juga mencintainya. Tetapi ketika ia menceritakan kepada Keiko bagaimana ia menjalani hidupnya, Keiko berkata, “Aku mencintaimu, tetapi aku tidak akan pernah menikah denganmu sampai kamu menjadi orang yang jujur dan berjanji untuk tidak pernah mencuri atau menipu atau melukai siapapun.”

“Aku janji,” kata Hiroshi, tetapi lebih dari segalanya, ia ingin memberi sebuah cincin yang indah kepada Keiko. “Ini adalah benda terakhir yang akan aku curi,” janjinya diam – diam. Tetapi malam itu ia tertangkap dan di penjara.


Hiroshi duduk di selnya melamunkan Keiko yang dikasihinya dan bagaimana ia telah mengecewakannya. Jika ia bisa bebas lagi, ia bersumpah akan menjadi orang jujur. Ia harus melarikan diri – tetapi sipir sangat berhati – hati, pintunya tidak pernah terbuka, tembok penjara sangat tinggi, dan lusinan penjaga mengawasi dari atas menara.

Hiroshi nyaris membuang harapan untuk bisa bebas lagi sampai suatu hari ia menggigit buah peach yang diberikan kepadanya sebagai makan siang. Rasa buah ini mengingatkannya akan ciuman kekasihnya, dan hatinya nyaris hancur. Kemudian, tiba – tiba muncul gagasan yang hebat.

Hiroshi membungkus biji peach dengan sehelai kain dan memanggil penjaga. “Bawa aku kepada kaisar. Aku mempunyai hadiah penting baginya.”

Para penjaga tertawa. “Kaisar tidak membutuhkan hadiah dari orang seperti kamu.”

Tetapi setiap hari , 10, 20, 30 kali sehari, Hiroshi meminta bertemu dengan kaisar. Kadang – kadang ia tegas kepada penjaga; kadang – kadang ia memohon. Kadang – kadang ia berteriak marah, “Jika kaisar tahu kamu mengahalangi hadiahnya kamu akan kehilangan kepalamu.”

Akhirnya penjaga tidak tahan lagi mendengar suaranya. Mereka memborgol Hiroshi dan menggiringnya ke istana, dan ketika berdiri di depan kaisar, Hiroshi membungkuk hormat. “Aku membawa hadiah untukmu, yang mulia.” Ia menyerahkan biji yang terbungkus kain.”

Ketika kaisar membukanya, ia sangat marah. “Beraninya kamu menghinaku!” Ia berpaling kepada penjaga. “Bawa dia kembali ke penjara untuk selamanya.”

Tetapi Hiroshi membungkuk lebih dalam dan bertahan. “Tuan, ini adalah biji peach ajaib. Ada rahasianya.” Hiroshi mencondongkan tubuhnya lebih dekat dan berbisik, “Pohon yang tumbuh dari biji ini akan menghasilkan buah emas murni.”

Kaisar semakin marah. “Pembohong. Jika memang benar, kamu sudah akan menanamnya sendiri.”

“Ah,tetapi aku tidak bisa,” kata Hiroshi. “Orang yang memberi biji ini kepada saya menagatakan bahwa ia hanya akan menghasilkan buah emas bagi orang yang sangat jujur. Jika tidak, ia hanya kan tumbuh menjadi pohon yang menghasilkan buah biasa. Aku ingin memberikan kepada pengantinku sebagai hadiah pernikahan, karena ia sangat murni seperti sungai yang bening. Tetapi kemudian aku sadar : Tidak ada orang yang sejujur kaisar kami.”

Kaisar menarik nafas dalam – dalam. Pada dasarnya ia adalah orang yang jujur, tetapi ia pernah berbohong.. Ia pernah menipu seseorang untuk menjadi kepala negara. Ia duduk dan berpikir, mengingat – ingat kembali kebohongan lain yang pernah dilakukannya, perilaku buruk lainnya. “Aku tidak bisa menerimanya,” katanya. “Aku pernah berbuat curang di sekolah. Berikan biji ini kepada perdana menteri.”

Semua orang berpaling ke perdana menteri, tetapi pria ini tidak sanggup menatap mereka. Ia telah menyuap kaisar untuk mendapatkan kedudukannnya. Jika ia menanam biji ini, pohonnya akan menghasilkan buah peach biasa, dan setiap orang akan mengetahui rahasianya. Ia membungkuk berusaha untuk tampil rendah hati. “Jenderal lah yang seharusnya mendapatkannya. Pria yang memimpin pasukan kita yang maha benar dan berhak mendapatkan penghargaan terbesar.”


Wajah sang jenderal memerah, karena ia juga tidak murni. Ia pernah membunuh seorang pria tidak bersenjata di medan perang meskipun pria itu tidak berbuat apa pun kepadanya. “Aku bukan orang yang tepat, yang mulia,” kata jenderal. “Tidak ada orang yang lebih pantas daripada hakim kita, yang memberi keadilan kepada semua orang.”

Hakim memandang ke lantai ketika ia mengingat saat – saat ketika ia gagal mendengarkan kebenaran. Ia mengingat saat – saat ketika ia telah berbohong kepada pengadilan dan kepada rajanya. Tidak , ia tidak bisa membuka dirinya sendiri. “Marilah kita berikan kepada pendeta kita. Tentu saja orang pilihan Tuhan-lah yang paling layak menerima kehormatan seperti itu.”

Tetapi pendeta menggelengkan kepalanya, karena ia juga tidak selalu baik.

Penolakan terus berlanjut sampai ke penjaga kaisar terakhir. Setiap orang pernah berbohong, menipu, mencuri , menerima suap atau memberi suap. Tidak seorang pun yang sungguh – sungguh jujur, sehingga ruangan menjadi sunyi senyap.

Kaisar memandang Hiroshi dan tersenyum. “Pria muda, kamu bijaksana,” katanya. “Kamu telah membuktikan bahwa telah membayar banyak untuk kejahatan kecilmu sementara semua orang yang berkuasa ini, yang telah melakukan kejahatan tetap bebas. Pergilah, jalanilah hidupmu sebagai orang jujur. Begitu juga kami.”

dan bergegas pulang kepada Keiko, yang takjub sekaligus gembira melihat kedatangannya yang tidak diduga. Setelah menceritakan kisahnya, mereka tertawa dan menagis bahagia.

Mereka menikah, dan pada waktunya mereka memastikan untuk mewariskan biji buah peach itu kepada anak – anak mereka, bersamaan dengan pelajarannya – bahwa kebebasan lebih berharga dari emas dan kejujuran adalah hal yang sangat penting.



Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

Related Articles



0 comments: on "LEBIH MAHAL DARI EMAS"

Posting Komentar